Minggu, 23 Juni 2013

Makalah LIT "PII Sebagai Pemersatu Umat"


KATA  PENGANTAR
Alhamdulillah, persembahan pujian hanyalah milik Allah SWT, Rabb semesta alam. Dia-lah yang membuat tiada menjadi ada, membuat yang ada menjadi tiada. Dia-lah yang menancapkan keimanan dalam setiap hati hamba-Nya yang teramat lelah, hingga mereka dapat tetap kuat menata kehidupannya, membimbing hamba-Nya untuk terus berkarya, agar dapat dipersembahkan kepada yang lainnya. Tak lupa, mengirimkan salam dan sholawat kepada junjungan seluruh umat, Muhammad SAW, sebaik-baik teladan sepanjang masa, pemimpin terbaik sepanjang jaman. Semoga kita mendapat  syafa’atnya kelak dan senantiasa istiqomah untuk menjadikannya teladan.
Akhirnya, Makalah yang bertemakan “PII sebagai pemersatu umat” ini telah mencapai titik akhir juga. Penulis bersyukur atas nikmat yang Allah berikan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Selain itu dalam penyusunan makalah ini juga dapat terselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih.
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, sehingga dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi lebih baiknya kinerja penulis yang akan mendatang.
Semoga makalah ini dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan dan informasi dalam hal ke-PII-an lebih khusus pada “PII Sebagai Pemersatu Umat”.

                                                                           Mataram , 22 juni 2013

                                                                           MOEHAMMAD WARDIMAN






DAFTAR ISI
Kata pengantar
Daftar isi
BAB I
1.    PENDAHULUAN
1.1.   Latar belakang
1.2.   Rumusan masalah
1.3.   Maksud dan tujuan
BAB II
2.    PEMBAHASAN
2.1.   Arti “PII sebagai pemersatu umat”
2.1.1.       Mengulas sedikit sejarah kebangkitan PII
2.1.2.       PII sebagai pemersatu umat
2.2.   Apakah konsep tersebut sudah tercapai sekarang?
2.3.   Apa yang harus dilakukan oleh PII agar konsep itu bisa tercapai?
BAB III
3.    PENUTUP
3.1.   Kesimpulan
3.2.   Saran
Daftar Pustaka

BAB I
PENDAHULUAN

1.        LATAR BELAKANG
Selama puncak kejayaan rezim Orde Baru, terlebih setelah asas tunggal diterapkan, enggan dalam menampilkan identitas Pelajar Islam Indonesia (PII) barangkali bisa dimaklumi. Karena lekatnya identitas tersebut bisa jadi membatasi ruang gerak PII dalam masyarakat. Namun jika dalam kondisi reformasi, masih juga ada keengganan tersebut tentu perlu dikaji lebih lanjut apa yang mungkin jadi penyebabnya.
Tak bisa dipungkiri bahwa perjalanan PII sejak bangkit 4 Mei 1947 sampai sekarang, tidak lepas dari berbagai konflik internal maupun eksternal. Intensitas hubungan antar anggota berpengaruh pada dampak dari konflik yang terjadi. Yang paling sederhana konflik internal bisa berujung tidak aktifnya seseorang dalam aktifitas PII. Yang paling serius kalau kemudian mengganggu hubungan silarurohiim para aktifisnya, yang kemudian bisa melahirkan semacam trauma kepada PII, organisasi, Islam dan hal-hal yang terkait dengan PII, baik langsung maupun tidak langsung. Kalau ini yang terjadi, tentu sangat disayangkan. Slogan PII sebagai “pemersatu umat” akan menjadi omong kosong belaka, karena merekatkan hati aktifisnya saja tidak mampu.1
PII adalah bagian perjuangan ummat Islam dan telah ikut serta memperjuangan umat Islam dan bangsa Indonesia dengan terjun langsung sebagai pejuang untuk mengusir penjajah belanda pada agresi militer ke-2. PII juga turut serta memberantas PKI dengan terbentuknya Brigade, pada waktu itu PII sebagai barisan terdepan untuk membantu militer untuk memberantas PKI yang menjadi musuh dalam selimut Negara.
Beberapa Program pemersatu Ummat PII dulu, Pertukaran pelajar Amerika-Indonesia, pendirian yayasan bintang pelajar, PKP (perkampungan kerja pelajar) yang kini diadopsi oleh perguruan tinggi di Indonesia yang kita kenal dengan KKN (kuliah kerja nyata), program majelis dakwah (majna) dan masih banyak lagi.


1Copas dari buku “Warna Warni PII”. Bagian menanamkan “virus” ber-PII. hal. xi-xii

Dengan banyaknya terobosan dan sumbangsih pemikiran kader-kader PII, akhirnya PII diakui oleh Dunia Internasional. Maka PII menjadi satu-satunya organisasi pelajar di Indonesia yang terlibat dalam pendirian organisasi Persatuan Pelajar Islam Asia Tenggara, International Islamic Federation of Student Organization (IIFSO) dll.  Sampai-sampai PII telah mengepakkan sayapnya hingga ke luar Negeri. Buktinya, terbentuknya perwakilan PII mesir, malaysia, Pakistan dan berbagai Negara Islam di Dunia.
     Telah dijelaskan diatas bahwa PII adalah bagian perjuangan Islam, secara tidak langsung PII menegaskan bahwa PII adalah bagian dari umat, yang suatu ketika bisa menjadi pemecah umat. Lalu, apa arti dari “PII sebagai pemersatu Ummat?”
    
2.        RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
a.         Apa arti dari “PII sebagai pemersatu Umat?”
b.         Apakah konsep tersebut sudah tercapai sekarang?
c.         Apa yang harus dilakukan oleh kader PII agar konsep itu bisa tercapai?.

3.        MAKSUD DAN TUJUAN
Sebagai kader PII haruslah tahu seluk beluk organisasinya, baik itu sejarahnya, konsepnya, tujuannya dan lain lain. Oleh karena itu, makalah ini bermaksud ingin sedikit memberikan pemahaman apa sih konsep yang sesungguhnya dari “PII sebagai Pemersatu Umat”, sehingga kita dapat mengaktualisasikannya dalam berorganisasi di PII.
Tujuan dari makalah ini juga sebagai salah satu persyaratan yang harus dipenuhi dalam LIT (Ledearship Intermediate Training) yang diselenggarakan oleh Prngurus Daerah Pelajar Islam Indonesia ( PD PII) Mataram Nusa Tenggara Barat.


BAB II
PEMBAHASAN

1.        ARTI “PII SEBAGAI PEMERSATU UMMAT”
a.       Mengulas sedikit sejarah kebangkitan PII
PII PELAJAR ISLAM INDONESIA (PII) didirikan di kota perjuangan Yogyakarta pada tanggal 4 Mei 1947. Para pendirinya adalah Yoesdi Ghozali, Anton Timur Djaelani, Amien Syahri dan Ibrahim Zarkasji.
Salah satu faktor pendorong terbentuknya PII adalah dualisme sistem pendi-dikan di kalangan umat Islam Indonesia yang merupakan warisan kolonialisme Belanda, yakni pondok pesantren dan sekolah umum. Masing-masing dinilai memiliki orientasi yang berbeda. Pondok pesantren berorientasi ke akhirat sementara sekolah umum berorientasi ke dunia. Akibatnya pelajar Islam juga terbelah menjadi dua kekuatan yang satu sama lain saling menjatuhkan. Santri pondok pesantren menganggap sekolah umum merupakan sistem pendidikan orang kafir karena produk kolonial Belanda. Hal ini membuat para santri menjuluki pelajar sekolah umum de-ngan "pelajar kafir". Sementara pelajar sekolah umum menilai santri pondok pesantren kolot dan tradisional; mereka menjulukinya dengan sebutan "santri kolot" atau santri “teklekan".
Pada masa itu sebenarnya sudah ada organisasi pelajar, yakni Ikatan Pelajar Indonesia (IPI). Namun organisasi tersebut dinilai belum bisa menampung aspirasi santri pondok pesantren. Merenungi kondisi tersebut, pada tanggal 25 Februari 1947 ketika Yoesdi Ghozali sedang beri'tikaf di Masjid Besar Kauman Yogyakarta, terlintas dalam pikirannya, gagasan untuk membentuk suatu organisasi bagi para pelajar Islam yang dapat mewadahi segenap lapisan pelajar Islam. Gagasan terse-but kemudian disampaikan dalam pertemuan di gedung SMP Negeri 2 Secodining-ratan, Yogyakarta. Kawan-kawannya yang hadir dalam pertemuan tersebut, antara lain: Anton Timur Djaelani, Amien Syahri dan Ibrahim Zarkasji, dan semua yang hadir kemudian sepakat untuk mendirikan organisasi pelajar Islam.
Hasil kesepakatan tersebut kemudian disampaikan Yoesdi Ghozali dalam Kongres Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII), 30 Maret-1April 1947. Karena banyak peserta kongres yang menyetujui gagasan tersebut, maka kongres kemudi-an memutuskan melepas GPII Bagian Pelajar untuk bergabung dengan organisasi pelajar Islam yang akan dibentuk. Utusan kongres GPII yang kembali ke daerah-daerah juga diminta untuk memudahkan berdirinya organisasi khusus pelajar Islam di daerah masing-masing.
Menindaklanjuti keputusan kongres, pada Ahad, 4 Mei 1947, diadakanlah per-temuan di kantor GPII, Jalan Margomulyo 8 Yogyakarta. Pertemuan itu dihadiri Yoesdi Ghozali, Anton Timur Djaelani dan Amien Syahri mewakili Bagian Pelajar GPII yang siap dilebur di organisasi pelajar Islam yang akan dibentuk, Ibrahim Zarkasji, Yahya Ubeid dari Persatuan Pelajar Islam Surakarta (PPIS), Multazam dan Shawabi dari Pergabungan Kursus Islam Sekolah Menengah (PERKISEM) Surakarta serta Dida Gursida dan Supomo NA dari Perhimpunan Pelajar Islam Indonesia (PPII) Yogyakarta. Rapat yang dipimpin oleh Yoesdi Ghozali itu kemudian memutuskan berdirinya organisasi Pelajar Islam Indonesia (PII) tepat pada pukul 10.00, 4 Mei 1947.
Untuk memperingati momen pembentukan PII, maka setiap tanggal 4 Mei di-peringati sebagai Hari Bangkit PII (HARBA PII). Hal ini karena hari itu dianggap sebagai momen kebangkitan dari gagasan yang sebelumnya sudah terakumulasi, sehingga tidak digunakan istilah hari lahir atau hari ulang tahun.
b.    PII sebagai pemersatu umat
Sebelum membahas PII sebagai pemersatu umat, terlebih dahulu kita harus tahu konsep pemersatu umat itu seperti apa. Ada beberapa konsep pemersatu umat, dapat dijelaskan sebagai berikut:
ü  Majelis Ulama Indonesia (MUI) provinsi lampung adalah wadah pemersatu umat. Sebab keberadaan MUI tidak hanya sebagai wadah agama, namun juga sekaligus tempat musyawarah bagi umat Islam, dengan tujuan memperkuat tali silaturahim. "Fungsi MUI ini sebagai pengayom umat, pelindung umat islam untuk dapat mempersatukan agama islam. Keberadaan MUI diharap dapat menjembatani untuk memperkuat tali silahturahmi antar umat islam. Tujuannya yakni untuk mencegah pecah belahnya umat islam yang ada di Lampung ini," ujar Mawardi, saat melantik dan mengukuhkan pengurus harian Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Tulangbawang masa kidmat 2012-2017, Selasa (04/12/12).
Jadi, pemersatu ummat disini adalah bagaimana MUI menjadi jembatan untuk memperkuat tali silaturahim umat Islam dilampung agar tidak terpecah belah.
ü  Tahu adzan kan? Adzan itu adalah media luar biasa untuk mengumandangkan tauhid terhadap  yang Maha Kuasa dan risalah (kenabian) Nabi Muhammad SAW. Adzan juga merupakan panggilan shalat kepada umat Islam, yang terus bergema di seluruh dunia lima kali dalam sehari. Adzan juga bisa mempersatukan umat loe. Ketika adzan berkumandang, umat muslim bergegas meninggalkan seluruh aktivitas duniawi dan bergegas menuju masjid untuk menunaikan ibadah shalat dengan berjamaah. Dalam konteks ini, adzan berfungsi sebagai pemersatu umat.
ü  Kalau PII konsepnya seperti apa sih?
Dari beberapa referensi yang saya dapat, baik itu dari buku, diskusi dengan Keluarga Besar, dll, mengenai PII sebagai pemersatu umat. Pertama ketika diskusi dengan Kanda Noval lewat Facebook, ada beberapa poin yang dapat saya ambil disana. Singkat saja, hasil diskusi kami adalah di-PII terdapat banyak warna2, sehingga dengan banyaknya warna itu PII telah berhasil mempersatukan yang banyak dan berbeda dalam satu wadah. Karena saking terbiasanya berhadapan dengan berbagai macam warna, ketika seorang kader PII keluar dari rumahnya, situasi dan kondisi apapun yang ia temui pasti dapat ia persatukan dan ia bijak memandang perbedaan yang dia hadapi. Karena memang, didikan PII itu mempengaruhi pola sikap ketika keluar.
Saya bertanya, PII sebagai pemersatu umat. Apa benar? Bukankah PII adalah bagian dari umat, lantas apa arti PII sebagai pemersatu umat? dengan lugas Kanda Noval menjawabnya “justru warna-warna di PII itu merupakan perwakilan dari warna dan umat diluar sana”.


2maksud dari warna adalah harokah/organisasi/pergerakankelompok yang berbeda-beda.
Karena didalam PII banyak sekali harokah Islamnya, seperti Tarbiyah, HTI, Salafy dll. Banyaknya perbedaan itulah yang membuat PII menjadi pemersatu umat. Karena warna-warna di PII itu merupakan perwakilan dari warna dan umat diluar sana.

Kedua, kalau kita perhatikan dari sejarah kebangkitan PII yang telah kita bahas diatas. Waktu itu terjadi dualisme antara pelajar pondok dengan sekolah umum, masing-masing mereka mempunyai orientasi yang berbeda, Pondok pesantren lebih condong ke akhirat sedangkan sekolah umum lebih condong ke dunia. Karena perbedaan itulah terjadi pertengkaran di antara keduanya. Sebenarnya pada masa itu telah ada organisasi pelajar, namun organisasi tersebut dinilai belum bisa menampung aspirasi santri pondok pesantren. Dari perselisahan tersebut, hadirlah PII yang berhasil mempersatukan dualisme sistem tersebut, yakni pondok pesantren dan sekolah umum.
Konsep pemersatu umat yang MUI laksanakan sebenarnya telah ada sejak awal kebangkitan PII, dimana PII berhasil merekatkan ukhwah pelajar umum dan  pelajar pesantren pada waktu itu. Kalau PII dianalogikan sebagai adzan, saya rasa bisa, coba kembali pada konsep pertama  dimana PII telah mengumandangkan suara bahwa PII bisa menampung berbagai macam perbedaan.
2.        Apakah konsep tersebut sudah tercapai sekarang?
Dalam hal ini, saya tidak bisa memaparkan PII secara keseluruhan, maksudnya PII diseluruh Indonesia bahkan diluar negeri. Tetapi, saya hanya bisa memaparkan pada wilayah yang saya tempati sekarang yaitu Pelajar Islam Indonesia Nusa Tenggara Barat (PII NTB).
Pertama kali saya mengenal PII, ketika saya masih duduk dibangku kelas 2 SMA. Setelah menyelesaikan bangku SMA pada tahun 2012 lalu, saya berniat melanjutkan pendidikan di Universitas Mataram dan Alhamdulillah saya diterima disana. Kira-kira bulan agustus 2012, saya didatangi oleh Ketua Umum PW PII NTB yaitu K’irfan. Saat itu, saya langsung diajak diskusi dan ditawari untuk masuk di Pengurus Wilayah PII NTB. Singkat saja, saya mengiyakan tawaran tersebut, walau dalam hati masih ragu dengan keputusan yang diambil, karena memang waktu itu saya tidak tahu menau mengenai PW, mungkin karena saya masih BLT (basic Ledearship Training).
Sejak awal masuk PW, saya bisa melihat, meraba, merasakan dan me-me yang lain, bahwa PW PII NTB dilihat dari poin pertama, telah berhasil mempersatukan banyak warna yang ada diluar sana, contoh di strukturnya ada yang Tarbiyah, HTI, Salafy dll. Dan saya yakin ketika mereka keluar mereka bijak memandang perbedaan dan tahu bagaimana menangani perbedaan tersebut. Jika kita lihat dari poin yang kedua, PW PII NTB belum berhasil mempersatukannya. Karena PW NTB untuk semestara daerah garapannya hanya sekolah umum saja sedangkan yang pondok pesantren belum bisa mereka garap.

3.      APA YANG HARUS DILAKUKAN OLEH PII AGAR KONSEP ITU BISA TERCAPAI?
Banyak hal yang harus dilakukan oleh PII agar yang dicita-citakan yaitu sebagai pemersatu umat bisa tercapai, hal-hal tersebut adalah sebagai berikut:
a.       Memahami keberadaan di-PII
Pertanyaannya, kenapa kita berada di-PII.? Sebenarnya tidak hanya di-PII saja, di HMI, HTI, muhammadiyah dan sebagainya adalah panggilan dakwah untuk memperjuangkan Dinnul Islam. Oleh karena itu, kita di-PII karena Islam bukan karena yang lain.
b.      Menjadikan Rasulullah sebagai teladan dakwah
Rasulullah SAW mempersatukan Umat Islam dengan berbagai cara, yang mewakili cara-cara untuk persatuan muslim di semua zaman. Cara-cara itu termasuk bahwa para Muslim harus patuh pada pesan dan agama mereka. Mereka harus menancapkan ajaran agama di dalam hati, mencari pengetahuan dan ilmu, membenci ketidak-adilan, dan menyadari bahwa kejayaan dan keunggulan mereka adalah karena kedekatan mereka dengan Allah, karena mencari ridha dan surge Allah, memandang remeh kesenangan dunia, dan ‘mencangkok’ motto-motto hidup mereka dari iman mereka.
Jelasnya, saya akan katakan secara singkat bahwa Nabi yang mulia mampu mewujudkan persatuan dan solidaritas karena berbagai sebab dan cara, mulai dari kekuatan pribadi beliau, ketulusan dan kesetiaan beliau pada dakwahnya, juga kebencian beliau pada tuhan-tuhan palsu yang merajalela pada masa itu; dan lebih-lebih lagi, beliau menanamkan dalam hati umatnya sebuah kredo (syahadat; sumpah) yang mengungguli kepercayaan-kepercayaan murahan terhadap segala berhala.
Beliau menerangi hati umatnya dengan cahaya iman terhadap Sang Pencipta Agung yang memiliki jagat raya dan bumi. Beliau menancapkan iman ini dengan kuat, dalam amal yang berkesinambungan, dalam amal-amal (ritual) yang diwahyukan Allah kepada beliau seperti shalat, puasa, zakat, haji, dan berbagai amal baik lain.
Tali iman mempersatukan semua kelompok dengan solidaritas dan kesamaan tujuan. Mereka tidak bisa menguasai negeri mereka, dan hanya mempertahankan kedaulatan demi mendapat ridha Allah. Untuk itu, mereka harus saling membantu dengan saudara-saudara mereka, karena satu Muslim dengan para Muslim lain adalah ibarat satu bangunan. Bagian yang satu dengan bagian-bagian lain saling menguatkan.
Terakhir, Rasulullah saw sukses mempersatukan Umat beliau karena beliau mengubah mereka menjadi bangsa yang taat dan takwa, yang berjuang di masa mereka seolah-olah mereka akan mati besok.
c.       Untuk mencapai poin a dan b diatas, tentunya PII atau diperkhusus lagi, setiap PW/PD/PK harus memiliki struktur yang kuat. Untuk membangun struktur yang kuat tentunya orientasi kedepan haruslah jelas, maksudnya GBHP yang telah dibuat harus jelas dan diketahui oleh seluruh personil PW/PD/PK, sehingga ketika bergerak tidak ada yang ke kanan atau ke kiri melainkan bersama bergerak lurus kedepan, kata Nabi “kesamaan tujuan”. Selain itu, kajian kelembagaan juga harus dirutinkan agar setiap personil memahami akan tugasnya masing-masing. Percuma bergerak tapi tidak tahu apa yang harus dilakukan, seperti berjalan dimalam hari tanpa lampu tak tahu mau kemana.
Selanjutnya Follow Up: Follow up dilakukan setelah kegiatan training. Follow up harus berjalan secara terus menerus, jika tidak continue maka akan banyak kader yang terlepas begitu saja. Oleh karena itu proses tindak lanjut ini harus berkelanjutan, kita harus senantiasa mengarahkan mereka. Jangan sampai mereka mengaku kader PII tapi sholatnya tidak lengkap, tidak bisa mengaji, bangun jam 10 pagi, karena tidak jalannya pembinaan yang berkelanjutan.




BAB III
PENUTUP

1.        Kesimpulan
Jadi, PII sebagai pemersatu umat jika dilihat dari sejarahnya yaitu bagaimana PII mampu mengelola dan mempersatukan kembali santri pondok dengan siswa sekolah umum. Jika PII telah mampu mempersatukannya berarti PII telah berhasil mencapai konsep pemersatu umat.
Di PII juga banyak warna atau perbedaan harokah, istilahnya “Warna Warni PII”. Dimana satu warna mewakili satu harokah, dua warna berarti dua harokah yang berbeda tiga warna berarti dan seterusnya. Karena banyak perbedaan itulah yang membuat PII menjadi pemersatu umat. Karena warna-warna di PII itu merupakan perwakilan dari warna dan umat diluar sana.
2.        Saran
Tidak bisa di pungkiri, dalam penyusunan makalah ini pasti banyak kekeliruan yang terjadi yang memang tidak di sadari oleh penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang sekiranya dapat membangung, penulis ucapkan jazakumullah Khairan Katsiira, agar dalam penyusunan makalah- malakah yang selanjutnya bisa lebih baik lagi dan berguna bagi umat manusia.






Daftar Pustaka
Thamrin, Moh Husni. 1998. Pilar Dasar Gerakan PII. Jakarta: Karsa Cipta Jaya
B. Iskandar, Arif. 2009. Materi Dasar Islam, islam mulai akar daunnya. Bogor; Al-Azhar Press
Keluarga Besar (KB) dan Kader PII. 2010. …Mereka Bicara PII (sebuah memoir suka duka para pelaku sejarah). Pengurus Wilayah Pelajar Islam Indonesia Sulawesi Selatan.
Marzoeki, Achmad dkk. 2008. Warna Warni PII (kumpulan pengalaman pribadi aktifis PII). Jakarta Selatan: Jaringan Sufi Progresif Mantan PII.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar