MAKALAH
LIT
(LEADERSHIP INTERMEDIATE TRAINING)
Rabu,
27 Juni 2013
Tema:
“Kerangka Berpikir Islami menyeimbangkan kebenaran yang di dapat dari logika
(proses berpikir) dan kebenaran wahyu”
Judul
LATAR BELAKANG
Pernahkah kita memikirkan bahwa kita tidak ada sebelum dilahirkan ke dunia ini;
dan kita telah diciptakan dari sebuah ketiadaan? Pernahkan anda berpikir bahwa
kehidupan anda berlalu dengan sangat cepat, anda pun menjadi semakin tua dan
lemah, dan lambat laun kehilangan ketampanan atau kecantikan, kesehatan dan
kekuatan anda? Pernahkan kita memikirkan bahwa suatu hari nanti, malaikat maut
yang diutus oleh Allah akan datang menjemput untuk membawa kita meninggalkan
dunia ini?
Jika
demikian, pernahkan kita berpikir mengapa manusia demikian terbelenggu oleh
kehidupan dunia yang sebentar lagi akan mereka tinggalkan dan yang seharusnya
mereka jadikan sebagai tempat untuk bekerja keras dalam meraih kebahagiaan
hidup di akhirat?
TUJUAN
Sebenarnya, setiap orang memiliki tingkat kemampuan berpikir yang seringkali ia
sendiri tidak menyadarinya. Ketika mulai menggunakan kemampuan berpikir
tersebut, fakta-fakta yang sampai sekarang tidak mampu diketahuinya,
lambat-laun mulai terbuka di hadapannya. Semakin dalam ia berpikir, semakin
bertambahlah kemampuan berpikirnya dan hal ini mungkin sekali berlaku bagi
setiap orang. Harus disadari bahwa tiap orang mempunyai kebutuhan untuk
berpikir serta menggunakan akalnya semaksimal mungkin.
Makalah
ini ditulis dengan tujuan mengajak manusia "berpikir sebagaimana
mestinya" dan mengarahkan mereka untuk "berpikir sebagaimana
mestinya". Seseorang yang tidak berpikir berada sangat jauh dari kebenaran
dan menjalani sebuah kehidupan yang penuh kepalsuan dan kesesatan. Akibatnya ia
tidak akan mengetahui tujuan penciptaan alam, dan arti keberadaan dirinya di
dunia. Padahal, Allah telah menciptakan segala sesuatu untuk sebuah tujuan
sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur'an:
"Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara
keduanya dengan bermain-main. Kami tidak menciptakan keduanya melainkan dengan
haq, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui." (QS. Ad-Dukhaan, 44:
38-39)
"Maka apakah kamu mengira, bahwa
sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu
tidak akan dikembalikan kepada Kami?" (QS. Al-Mu'minuun, 23:115)
Oleh
karena itu, yang paling pertama kali wajib untuk dipikirkan secara mendalam
oleh setiap orang ialah tujuan dari penciptaan dirinya, baru kemudian segala
sesuatu yang ia lihat di alam sekitar serta segala kejadian atau peristiwa yang
ia jumpai selama hidupnya.
Khayalan-khayalan
tersebut terus berkembang, padahal anaknya belum melaksanakan ujian. Seseorang
yang jauh dari agama akan mudah terbawa oleh khayalan sia-sia yang serupa
sepanjang hidupnya. Hal ini tentu ada sebabnya. Al-Qur'an menyebutkan bahwa
yang menyebabkan manusia terbelenggu oleh khayalan atau angan-angan kosong
adalah dikarenakan mereka membiarkan telinga mereka dibisiki oleh syaitan:
"Dan aku
(syaitan) benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan
angan-angan kosong pada mereka ..." (QS. An-Nisaa’, 4:
119)
Sebagaimana
termaktub dalam ayat di atas, mereka yang terbawa oleh khayalan kosong, akan
melupakan Allah, tidak berpikir, dan senantiasa menerima bisikan-bisikan
syaitan. Dengan kata lain, jika seseorang yang tertipu oleh kehidupan dunia
tidak menggunakan kekuatan tekad mereka, tidak bertindak secara sadar dan
berusaha meninggalkan kondisi yang demikian, ia akan berada dalam kendali
syaitan secara penuh. Satu diantara pekerjaan syaitan yang patut diketahui
adalah senantiasa menimbulkan keragu-raguan dan khayalan-khayalan kosong dalam
diri manusia. Oleh karena itu, segala khayalan, perasaan putus asa dan
kekhawatiran seperti: "apa yang akan saya perbuat jika akan terjadi yang
demikian" terbentuk dalam benak seseorang akibat bisikan-bisikan syaitan.
Yang
terpenting adalah mengetahui bahwa khayalan-khayalan semacam ini tidak akan
mendatangkan manfaat kepada manusia. Bahkan sebaliknya, menghambat mereka dari
memikirkan tentang kebenaran, hal-hal yang penting; dan mencegah kebersihan
akal dari segala hal yang sia-sia. Manusia mampu berpikir secara benar jika
akalnya telah bebas dari pikiran yang sia-sia dan tidak bermanfaat. Dengan
demikian, mereka "menghindarkan diri dari apapun yang tidak
bermanfaat" sebagaiman Allah perintahkan dalam Al-Qur'an.
RUMUSAN MASALAH
A.
Menjelaskan berpikir secara mendalam.
B.
Menjelaskan tentang apakah yang biasa dipikirkan oleh manusia.
C.
Hal-hal apa saja yang hendaknya dipikirkan oleh manusia.?
D.
Haruskah memikirkan Ayat-ayat Allah?
PEMBAHASAN
A.
BERPIKIR SECARA MENDALAM
Dalam hal ini berpikir secara mendalam
adalah suatu pekerjaan yang memberatkan atau menyusahkan bahkan ada yang
beranggapan ini adalah pekerjaan yang tidak baik atau pekerjaannya para
“filosofi”, atau menyendiri dalam suatu ruangan yang jauh dari keramaian yang
sunyi agar bisa berpikir mendalam. Bukan begitu, padahal Allah mewajibkan
manusia untuk berfikir mendalam atau merenung. Allah SWT berfirman : "Ini adalah sebuah kitab yang Kami
turunkan kepadamu, penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan
(merenungkan) ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang
mempunyai pikiran" (QS. Shaad, 38: 29). Yang ditekankan di sini adalah
bahwa setiap orang hendaknya berusaha secara ikhlas sekuat tenaga dalam
meningkatkan kemampuan dan kedalaman berpikir.
Sebaliknya, orang-orang yang tidak mau
berusaha untuk berpikir mendalam akan terus-menerus hidup dalam kelalaian yang
sangat. Kata kelalaian mengandung arti "ketidakpedulian (tetapi bukan
melupakan), meninggalkan, dalam kekeliruan, tidak menghiraukan, dalam
kecerobohan". Kelalaian manusia yang tidak berpikir adalah akibat
melupakan atau secara sengaja tidak menghiraukan tujuan penciptaan diri mereka
serta kebenaran ajaran agama. Ini adalah jalan hidup yang sangat berbahaya yang
dapat menghantarkan seseorang ke neraka. Berkenaan dengan hal tersebut, Allah
memperingatkan manusia agar tidak termasuk dalam golongan orang-orang yang
lalai:
"Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan
diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan
petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai." (QS.
Al-A’raaf, 7: 205)
"Dan berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan,
(yaitu) ketika segala perkara telah diputus. Dan mereka dalam kelalaian dan
mereka tidak (pula) beriman." (QS. Maryam, 19: 39)
Ø BERPIKIR
KAPANPUN DAN DIMANAPUN
Berpikir
tidaklah memerlukan waktu, tempat ataupun kondisi khusus. Seseorang dapat
berpikir sambil berjalan di jalan raya, ketika pergi ke kantor, mengemudi
mobil, bekerja di depan komputer, menghadiri pertemuan dengan rekan-rekan,
melihat TV ataupun ketika sedang makan siang.
Misalnya:
di saat sedang mengemudi mobil, seseorang melihat ratusan orang berada di luar.
Ketika menyaksikan mereka, ia terdorong untuk berpikir tentang berbagai macam
hal. Dalam benaknya tergambar penampilan fisik dari ratusan orang yang sedang
disaksikannya yang sama sekali berbeda satu sama lain. Tak satupun diantara
mereka yang mirip dengan yang lain. Sungguh menakjubkan: kendatipun orang-orang
ini memiliki anggota tubuh yang sama, misalnya sama-sama mempunyai mata, alis,
bulu mata, tangan, lengan, kaki, mulut dan hidung; tetapi mereka terlihat
sangat berbeda satu sama lain. Ketika berpikir sedikit mendalam, ia akan teringat
bahwa:
Allah
telah menciptakan bilyunan manusia selama ribuan tahun, semuanya berbeda satu
dengan yang lain. Ini adalah bukti nyata tentang ke Maha Perkasaan dan ke Maha
Besaran Allah.
Menyaksikan
manusia yang sedang lalu lalang dan bergegas menuju tempat tujuan mereka
masing-masing, dapat memunculkan beragam pikiran di benak seseorang. Ketika
pertama kali memandang, muncul di pikirannya: manusia yang jumlahnya banyak ini
terdiri atas individu-individu yang khas dan unik. Tiap individu memiliki
dunia, keinginan, rencana, cara hidup, hal-hal yang membuatnya bahagia atau
sedih, serta perasaannya sendiri. Secara umum, setiap manusia dilahirkan,
tumbuh besar dan dewasa, mendapatkan pendidikan, mencari pekerjaan, bekerja,
menikah, mempunyai anak, menyekolahkan dan menikahkan anak-anaknya, menjadi
tua, menjadi nenek atau kakek dan pada akhirnya meninggal dunia. Dilihat dari
sudut pandang ini, ternyata perjalanan hidup semua manusia tidaklah jauh
berbeda; tidak terlalu penting apakah ia hidup di perkampungan di kota Istanbul
atau di kota besar seperti Mexico, tidak ada bedanya sedikitpun. Semua orang
suatu saat pasti akan mati, seratus tahun lagi mungkin tak satupun dari
orang-orang tersebut yang akan masih hidup. Menyadari kenyataan ini, seseorang
akan berpikir dan bertanya kepada dirinya sendiri: "Jika kita semua suatu
hari akan mati, lalu apakah gerangan yang menyebabkan manusia bertingkah laku
seakan-akan mereka tak akan pernah meninggalkan dunia ini? Seseorang yang akan
mati sudah sepatutnya beramal secara sungguh-sungguh untuk kehidupannya setelah
mati; tetapi mengapa hampir semua manusia berkelakuan seolah-olah hidup mereka
di dunia tak akan pernah berakhir?"
Orang
yang memikirkan hal-hal semacam ini lah yang dinamakan orang yang berpikir dan
mencapai kesimpulan yang sangat bermakna dari apa yang ia pikirkan.
Sebagian
besar manusia tidak berpikir tentang masalah kematian dan apa yang terjadi
setelahnya. Ketika mendadak ditanya,"Apakah yang sedang anda pikirkan saat
ini?", maka akan terlihat bahwa mereka sedang memikirkan segala sesuatu
yang sebenarnya tidak perlu untuk dipikirkan, sehingga tidak akan banyak
manfaatnya bagi mereka. Namun, seseorang bisa juga "berpikir" hal-hal
yang "bermakna", "penuh hikmah" dan "penting"
setiap saat semenjak bangun tidur hingga kembali ke tempat tidur, dan mengambil
pelajaran ataupun kesimpulan dari apa yang dipikirkannya.
Dalam
Al-Qur'an, Allah menyatakan bahwa orang-orang yang beriman memikirkan dan
merenungkan secara mendalam segala kejadian yang ada dan mengambil pelajaran yang
berguna dari apa yang mereka pikirkan.
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam
keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi
(seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan
sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka." (QS. Aali ‘Imraan, 3: 190-191).
Ayat di
atas menyatakan bahwa oleh karena orang-orang yang beriman adalah mereka yang
berpikir, maka mereka mampu melihat hal-hal yang menakjubkan dari ciptaan Allah
dan mengagungkan Kebesaran, Ilmu serta Kebijaksanaan Allah.
Ø BERPIKIR DENGAN IKHLAS
SAMBIL MENGHADAPKAN DIRI KEPADA ALLAH
Agar
sebuah perenungan menghasilkan manfaat dan seterusnya menghantarkan kepada
sebuah kesimpulan yang benar, maka seseorang harus berpikir positif. Misalnya:
seseorang melihat orang lain dengan penampilan fisik yang lebih baik dari
dirinya. Ia lalu merasa dirinya rendah karena kekurangan yang ada pada fisiknya
dibandingkan dengan orang tersebut yang tampak lebih rupawan. Atau ia merasa
iri terhadap orang tersebut. Ini adalah pikiran yang tidak dikehendaki Allah.
Jika ridha Allah yang dicari, maka seharusnya ia menganggap bagusnya bentuk
rupa orang yang ia lihat sebagai wujud dari ciptaan Allah yang sempurna. Dengan
melihat orang yang rupawan sebagai sebuah keindahan yang Allah ciptakan akan
memberikannya kepuasan. Ia berdoa kepada Allah agar menambah keindahan orang
tersebut di akhirat. Sedang untuk dirinya sendiri, ia juga meminta kepada Allah
agar dikaruniai keindahan yang hakiki dan abadi di akhirat kelak. Hal serupa
seringkali dialami oleh seorang hamba yang sedang diuji oleh Allah untuk
mengetahui apakah dalam ujian tersebut ia menunjukkan perilaku serta pola pikir
yang baik yang diridhai Allah atau sebaliknya.
Keberhasilan
dalam menempuh ujian tersebut, yakni dalam melakukan perenungan ataupun proses
berpikir yang mendatangkan kebahagiaan di akhirat, masih ditentukan oleh
kemauannya dalam mengambil pelajaran atau peringatan dari apa yang ia
renungkan. Karena itu, sangatlah ditekankan disini bahwa seseorang hendaknya
selalu berpikir secara ikhlas sambil menghadapkan diri kepada Allah. Allah
berfirman dalam Al-Qur'an :
"Dia lah yang memperlihatkan kepadamu tanda-tanda
(kekuasaan)-Nya dan menurunkan untukmu rezki dari langit. Dan tiadalah mendapat
pelajaran kecuali orang-orang yang kembali (kepada Allah)." (QS. Ghaafir,
40: 13).
B.
TENTANG APAKAH MANUSIA BIASANYA BERPIKIR
Khayalan
yang tak bermanfaat
Ketidakmampuan dalam mengendalikan
pikiran ke arah yang baik akan mengakibatkan seseorang seringkali merasa
khawatir atau mengalami peristiwa-peristiwa yang sebenarnya belum terjadi
seolah-olah telah terjadi dalam benaknya, dan terseret dalam kesedihan,
kekhawatiran dan ketakutan.
Misalnya, orang tua yang mempunyai anak
yang tengah belajar untuk menghadapi ujian kadangkala membuat sebuah skenario
sebelum ujian tersebut berlangsung dalam benaknya: "Apa yang akan terjadi
jika anaknya tidak lulus ujian? Jika anak laki-lakinya tidak memperoleh
pekerjaan yang layak di masa depan, mendapatkan penghasilan yang cukup, maka ia
tidak dapat menikah. Kalaulah ia menikah, bagaimana ia dapat membiayai
pernikahannya? Jika ia tidak lulus ujian, semua uang yang dikeluarkan untuk
persiapan ujian tersebut akan terbuang percuma. Tambahan lagi, ia akan terhina
di mata orang-orang. Apalagi jika anak laki-laki teman dekatnya ternyata lulus
sedang anaknya sendiri gagal…"
C.
HA-HAL YANG HARUS DIPIKIRKAN
Saya akan coba jelaskan bagaimana orang
yang beriman kepada Allah berpikir tentang segala sesuatu yang dijumpainya
sepanjang hari dan mendapatkan pelajaran dari peristiwa-peristiwa yang ia
saksikan; bagaimana ia seharusnya bersyukur dan menjadi semakin dekat kepada
Allah setelah menyaksikan keindahan dan ilmu Allah di segala sesuatu.
Perlu diingat bahwa hanya mereka yang
berpikir secara mendalam lah yang mampu memahami dan berada pada posisi lebih
baik dibandingkan makhluk lain. Mereka yang tidak dapat melihat keajaiban dari
peristiwa-peristiwa di sekitarnya dan tidak dapat memanfaatkan akal mereka
untuk bepikir adalah sebagaimana diceritakan dalam firman Allah berikut:
"…
Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat
Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat
(tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang
ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang
lalai." (QS. Al-A’raaf, 7: 179)
Selanjutnya
saya akan menjelaskan hal-hal apa saja yang dipikirkan dalam kehidupan setiap
hari.
1.
Ketika bangun tidur dipagi hari
Banyak hal yang mendorong orang berpikir ketika bangun tidur
dan banyak hal lain pula untuk dipikirkan selain makan dan minum. Hal yang
harus dilakukan Pertama-tama, bagaimana ia mampu bangun di pagi hari adalah
sebuah keajaiban yang luar biasa. Kendatipun telah kehilangan kesadaran sama
sekali sewaktu tidur, namun di keesokan harinya ia kembali lagi kepada
kesadaran dan kepribadiannya. Jantungnya berdetak, ia dapat bernapas, berbicara
dan melihat. Padahal di saat ia pergi tidur, tidak ada jaminan bahwa semua hal
ini akan kembali seperti sediakala di pagi harinya. Tidak pula ia mengalami
musibah apapun malam itu. Misalnya, kealpaan tetangga yang tinggal di sebelah
rumah dapat menyebabkan kebocoran gas yang dapat meledak dan membangunkannya
malam itu. Sebuah bencana alam yang dapat merenggut nyawanya dapat saja terjadi
di daerah tempat tinggalnya.
2.
Siang Hari…
Ketika menyaksikan segala peristiwa yang ditemuinya
sepanjang hari, orang beriman selalu berpikir tentang tanda-tanda kebesaran
Allah dan berusaha untuk memahami makna-makna yang terkandung dalam
peristiwa-peristiwa tersebut.
Ia menanggapi setiap kebaikan ataupun malapetaka sebagai
sesuatu yang memiliki kebaikan sebagaimana dikehendaki Allah. Di mana saja ia
berada, di sekolah, di tempat kerja ataupun di pasar, dan dengan berprasangka
dan berpikir bahwa Allahlah yang menciptakan setiap sesuatu, ia selalu berusaha
memahami keindahan-keindahan dan makna tersembunyi di balik peristiwa-peristiwa
yang diciptakan-Nya untuk kemudian menjalani hidup dengan mematuhi ayat-ayat
Allah. Sikap orang mukmin ini digambarkan dalam Al-Qur'an:
"Laki-laki
yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari
mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan
zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan
menjadi goncang. (Mereka mengerjakan yang demikian itu) supaya Allah memberikan
balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah
mereka kerjakan, dan supaya Allah menambah karunia-Nya kepada mereka. Dan Allah
memberi rezki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas."
(QS. An-Nuur, 24: 37-38)
Itulah
beberapa contoh yang dapat saya paparkan, dan masih banyak hal lain lagi yang
harus dipikirkan sehingga kita mendapat pelajaran dari apa yang dipikirkan,
seperti: Bagaimana kelemahan manusia mendorong seseorang untuk berpikir;
bagaimana beberapa karakteristik tubuh manusia membuat anda berpikir; ketika
dalam berjalan; bagaimana warna warni dunia mendorong seseorang berpikir;
bagaimana seorang mobil jenazah yang melintas dilajan mendorong seseorang
berpikir; bagaimana orang berpikir ketika menghadapi kesulitan-kesulitan yang
ditemukan dalam pekerjaan; bagaimana seekor laba-laba mendorong orang berpikir;
bagaimana penyakit mendorong seseorang untuk berpikir; ketika sedang makan; dan
lain lain.\
D.
MEMIKIRKAN AYAT-AYAT AL-QUR’AN
Al-Qur'an adalah kitab terakhir yang
Allah turunkan bagi semua manusia. Setiap orang yang hidup di bumi wajib
mempelajari Al-Qur'an dan melaksanakan perintah-perintahnya. Akan tetapi,
kebanyakan manusia tidak mempelajari ataupun melaksanakan apa yang Allah
perintahkan dalam Al-Qur'an kendatipun mereka menerimanya sebagai sebuah kitab
yang diwahyukan. Ini adalah akibat dari belum memikirkan tentang Al-Qur'an
tetapi sekedar mengetahui dari informasi yang didapat dari sana sini.
Sebaliknya, bagi orang yang berpikir, Al-Qur'an memiliki kedudukan dan peranan
yang sangat besar dalam kehidupannya.
Pertama-tama, orang yang
"berpikir" ingin mengetahui tentang Pencipta yang telah menciptakan
dirinya dan jagad raya di mana ia tinggal dari ketiadaan, yang telah memberinya
kehidupan ketika dirinya belum berwujud, dan yang telah menganugerahkan
kepadanya nikmat dan keindahan yang tak terhitung jumlahnya; dan ia pun
mempelajari tentang bentuk-bentuk perbuatan yang diridhai Allah. Al-Qur'an,
yang Allah wahyukan kepada Rasul-Nya, adalah petunjuk yang memberikan jawaban
atas pertanyaan manusia di atas. Dengan alasan ini, manusia perlu mengetahui
kitab Allah yang diturunkan untuknya sebagai petunjuk yang dengannya ia
membedakan yang baik dari yang buruk, merenungkan setiap ayatnya dan melaksanakan
apa yang Allah perintahkan dengan cara yang paling tepat dan diridhai.
Allah berfirman tentang tujuan
diturunkannya Al-Qur'an untuk manusia:
"Ini
adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya
mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang
yang mempunyai pikiran." (QS. Shaad, 38: 29)
"Sekali-kali
tidak demikian halnya. Sesungguhnya Al-Qur’an itu adalah peringatan. Maka
barangsiapa menghendaki, niscaya dia mengambil pelajaran daripadanya (Al-Qur’an).
Dan mereka tidak akan mengambil pelajaran daripadanya kecuali (jika) Allah
menghendakinya. Dia (Allah) adalah Tuhan Yang patut (kita) bertakwa kepada-Nya
dan berhak memberi ampun." (QS. Al-Muddatstsir, 74: 54-56)
Banyak orang membaca Al-Qur'an, namun
yang penting adalah sebagaimana yang Allah nyatakan dalam ayat-Nya yakni
merenungkan tiap ayat Al-Qur'an, mengambil pelajaran dari ayat tersebut dan
memperbaiki perilaku seseorang sesuai dengan pelajaran yang terkandung di
dalamnya. Orang yang membaca ayat: "Karena sesungguhnya sesudah kesulitan
itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan." (QS.
Alam Nasyrah, 94: 5-6), misalnya, akan merenungkan ayat ini: ia paham bahwa
Allah menciptakan kemudahan disamping setiap kesulitan, karena itu yang ia
harus lakukan ketika menemui sebuah kesulitan adalah percaya penuh kepada Allah
dan menantikan kemudahan yang akan datang kemudian. Dengan janji Allah ini, ia
melihat bahwa putus harapan atau menjadi panik di saat munculnya kesulitan
adalah sebuah tanda dari lemahnya iman. Setelah membaca dan merenungkan ayat di
atas, perilakunya selalu sejalan dengan ayat tersebut sepanjang hidupnya.
Allah telah menurunkan Al-Qur'an untuk
semua manusia sebagai petunjuk. Oleh karena itu, memikirkan setiap ayat Al-Qur'an
dan menjalani hidup sesuai Al-Qur'an dengan mengambil pelajaran dan peringatan
dari setiap ayatnya adalah satu-satunya cara untuk mendapatkan keridhaan, kasih
sayang dan surga Allah.
Allah
mengajak manusia untuk memikirkan tentang penciptaan alam semesta
"Sesungguhnya
dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera
yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah
turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah
mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan
pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh
(terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang
memikirkan." (QS. Al-Baqarah, 2: 164)
Allah
mengajak manusia untuk memikirkan nikmat-nikmat yang mereka miliki
"Dan
Dia-lah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan
sungai-sungai padanya. Dan menjadikan padanya semua buah-buahan
berpasang-pasangan, Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang
demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.
Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun
anggur, tanaman-tanaman dan pohon korma yang bercabang dan yang tidak
bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebahagian
tanam-tanaman itu atas sebahagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada
yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang
berpikir." (QS. Ar-Ra‘d, 13: 3-4)
Allah
mengajak manusia untuk memikirkan tentang dirinya sendiri
"Dan
mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka?" (QS.
Ar-Ruum, 30:)
PENUTUP
Kesimpulan
Kebenaran
dapat disampaikan kepada seseorang melalui berbagai macam cara, dengan sangat
rinci beserta semua bukti serta segala sarana yang ada. Namun jika orang
tersebut tidak memikirkan sendiri kebenaran yang ada secara ikhlas dan jujur
dengan tujuan memahami kebenaran, tidak ada artinya apa yang telah dilakukan. Oleh
karena itu, ketika rasul-rasul Allah menyampaikan risalah kepada umat mereka,
mereka menyampaikannya secara jelas kemudian menyuruh mereka untuk
memikirkannya.
Seseorang
yang berpikir akan sangat paham akan rahasia-rahasia ciptaan Allah, kebenaran
tentang kehidupan di dunia, keberadaan neraka dan surga, dan kebenaran hakiki
dari segala sesuatu. Ia akan sampai kepada pemahaman yang mendalam akan
pentingnya menjadi seseorang yang dicintai Allah, melaksanakan ajaran agama
secara benar, menemukan sifat-sifat Allah di segala sesuatu yang ia lihat, dan
mulai berpikir dengan cara yang tidak sama dengan kebanyakan manusia, namun
sebagaimana yang Allah perintahkan. Walhasil ia akan mendapatkan kenikmatan
yang lebih dari keindahan-keindahan yang ia saksikan, melebihi dari yang
didapatkan oleh orang lain. Ia tidak akan menderita tekanan batin karena
terbawa oleh angan-angan kosong yang tidak ada dasarnya dan tidak terseret oleh
kerakusan dunia.
Ini
hanyalah sedikit dari keutamaan-keutamaan yang diperoleh seseorang yang
berpikir di dunia. Balasan di akhirat untuk orang yang selalu mencari kebenaran
dengan berpikir adalah kecintaan, keridhaan, kasih sayang dan surga Allah.
Sebaliknya,
satu hari pasti akan datang ketika mereka yang semasa masih di dunia tidak mau
memikirkan kebenaran akan berpikir, bahkan lebih dari itu, "berpikir
secara mendalam dan merenung" dan melihat kebenaran-kebenaran tersebut
dengan sangat jelas. Namun, pada hari itu berpikir tidak akan berguna bagi
mereka, bahkan membuat mereka tertimpa kesedihan. Allah berfirman dalam
Al-Qur'an:
"Maka
apabila malapetaka yang sangat besar (hari kiamat) telah datang. Pada hari
(ketika) manusia teringat akan apa yang telah dikerjakannya, dan diperlihatkan
neraka dengan jelas kepada setiap orang yang melihat." (QS. An-Naazi‘aat,
79: 34-36)
Mengajak
manusia (yang memiliki anggapan bahwa mereka dapat lolos dari tanggung jawab
mereka dengan tidak berpikir) untuk berpikir sehingga mereka dapat merenungkan
akibat yang akan menimpa mereka, dan kembali kepada agama Allah, adalah satu
bentuk ibadah bagi orang-orang mukmin. Namun, sebagaimana Allah berfirman dalam
Al-Qur'an:
"…Maka
barangsiapa menghendaki, niscaya dia mengambil pelajaran daripadanya (Al
Qur’an)". (QS. Al-Muddatstsir, 56: 55)
DAFTAR PUSTAKA
Yahya, Harun. 2004. Bagaimana Seorang Muslim Berpikir. (E-book)
Yahya, Harun. 2004. Mengenal Allah Lewat Akal. (E-book)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar