Nabi Muhammad adalah seorang pemimpin yang obral
pujian. Tak ada sahabat yang di dekatnya kecuali ia sematkan pujian. Efeknya
sungguh luar biasa. Sahabat-sahabatnya tampil sebagai generasi terbaik dalam
sejarah Islam. Anda tahu Umar bin Khattab? Dialah salah satu sahabat yang
sering berbeda pendapat dan memiliki ide di luar mainstream. Bukan cercaan yang
Nabi sematkan padanya, tapi ungkapan indah yang tak akan Umar lupakan, “Jika
ada Nabi sesudahku, dia adalah Umar…!” Ketika banyak orang tak percaya, Abu
Bakar percaya. Ketika Isra' Mi'raj membuat banyak orang makin tidak percaya.
Abu Bakar tetap percaya. Maka tanpa ragu, Muhammad memujinya, “Jika iman Abu
Bakar ditimbang dengan seluruh umat, iman Abu Bakar akan lebih berat.” Ali bin
Abi Thalib adalah sahabat yang sangat pintar menjawab pertanyaan yang diajukan
orang padanya. Tak salah jika Nabi memujinya: “Akulah sang gudang ilmu, Ali adalah
pintunya. Usman bin Affan, sahabat yang amat pemalu pun tak luput dari pujiannya.
“Malaikat malu mencatat dosanya…” Kemudian Khalid bin Walid, panglima perang
yang tak terkalahkan di medan laga disematkan pujian 'Pedang Allah' dan seterusnya.
Anda bisa baca lengkap dalam cerita-cerita Sahabat Nabi.
Sumber
: Buku Keajaiban Belajar, Halaman 80
Ya.. pujian sangatlah dapat meningkatkan potensi manusia. Itulah mengapa Rasululullah Muhammad SAW mencontohkan memberi pujian dalam tiap pencapaian yang dilakukan para sahabat. Selain dapat memberi semangat, ternyata sugesti positif dari setiap pujian yang diberikan akan dapat menyadarkan kekurangan dan memperbaikinya.
Bagaimana
sebuah pujian dapat menyadarkan sebuah kekurangan? Dengan mendapatkan suntikan
kalimat positif, maka otak akan merekam pesan tersebut dalam sebuah memori jangka
panjang yang biasa kita sebut LONG TERM MEMORY. Semua pesan audio, visual, yang
pernah terdengar, terlihat, terasa dan teraba oleh indra akan selalu dapat di
simpan dalam memori ini. Hanya saja sistematika otak yang membuang info-info
yang tidak dibutuhkan yang akan membuang data-data yang telah tersimpan. Dengan
pujian, otak merekam sugesti itu dan manusia pada dasarnya adalah makhluk yang
fithrah dimana fithrah atau kesucian ini selalu menerima yang baik-baik dari lingkungannya
dan membedakan yang tidak baik untuk tidak di ikuti. Sugesti tersebut akan
mendorong stimulus otak untuk dapat menyesuaikan diri dengan input sugesti
tersebut.
Contohnya
adalah pada usia balita, anak yang sering mendapat pujian dan kata positif
dalam setiap perilakunya akan lebih terdorong untuk berbuat yang lebih baik.
Karena itu merupakan dampak pola pikir mereka yang masih polos. Begitupun pada
usia dewasa, pola pikir tersebut akan selalu ada karena secara tidak sadar telah
terbentuk pola pikir yang "berbuat lebih saat dipuji", maka akan
sangat baik dampaknya jika pujian itu terus dilakukan tidak hanya saat masih
dalam usia balita tetapi juga saat seseorang melakukan tindakan positif dalam
usia apapun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar