Terdapat
sejumlah pelajaran penting dalam fenomena mimpi bagi orang yang berpikir. Ia
berpikir: betapa "sangat nyatanya" mimpi-mimpi yang dilihatnya ketika
sedang tidur, tidak begitu berbeda dengan ketika ia sedang terjaga. Misalnya,
kendatipun jasad sedang terbujur di tempat tidur, dalam mimpinya ia melakukan perjalanan
bisnis, bertemu dengan orang-orang baru, makan siang sambil mendengarkan musik.
Ia menikmati rasa makanannya, menari-nari mengikuti irama musik, merasa sangat
gembira karena peristiwa-peristiwa yang terjadi, menjadi bahagia dan tidak
bahagia, takut, merasa lelah, bahkan mampu mengemudikan kendaran yang belum
pernah dinaikinya atau bahkan belum tahu bagaimana mengendarainya hingga hari
itu.
Kendatipun
tubuh tertidur dengan tenang di pembaringan dengan kedua mata terpejam, ia
melihat beragam pemandangan dari tempat di mana ia berada. Ini berarti bahwa
apa yang melihat bukanlah matanya. Meskipun ruangan tempat ia tidur kosong, ia
mendengar suara-suara. Ini berarti bahwa yang mendengar bukanlah telinganya.
Segala sesuatu terjadi di dalam otaknya. Setiap kejadian tersebut sama sekali
nyata seakan-akan setiap apa yang dilihat benar-benar nyata dan asli kendatipun
tak satupun dari yang dilihatnya tersebut memiliki keaslian atau wujud di luar
mimpinya. Lalu apakah yang menyebabkan pemandangan-pemandangan tersebut tampak
sedemikian nyata di benak seseorang? Manusia tidak mampu membuatnya secara
sadar dan sengaja ketika sedang tidur. Otak pun tidak akan mampu membuat
sendiri gambar-gambar serupa. Otak adalah sebuah gumpalan yang terdiri atas
molekul-molekul protein. Sangatlah tidak rasional untuk mengatakan bahwa
substansi ini dengan sendirinya mampu membuat gambaran, bahkan menampilkan
wajah-wajah manusia, tempat-tempat, suara yang belum pernah terdengar kecuali
pada hari itu. Lalu siapakah yang memperlihatkan gambar-gambar atau
pemandangan-pemandangan ini dalam mimpi ketika sedang tidur? Sekali lagi,
seseorang yang merenungkan pertanyaan-pertanyaan ini akan melihat kebenaran
yang hakiki: Allah lah yang membuat manusia tidur, mengambil ruh mereka ketika
mereka sedang tidur, mengembalikannya kepada mereka ketika bangun dan
memperlihatkan mimpi-mimpi mereka dalam tidur.
Orang
yang mengetahui bahwa Allah memperlihatkan mimpi juga akan merenungkan makna
tersembunyi dan tujuan penciptaan mimpi tersebut. Ketika seseorang mendapatkan
mimpi, ia yakin akan keberadaan orang-orang dan peristiwa-peristiwa yang ia
alami sebagaimana ketika ia sedang terjaga. Ia berpikir bahwa semua ini
benar-benar nyata, bahwa kehidupan dalam mimpinya tidak akan berakhir dan akan
berlangsung terus-menerus. Jika ada seseorang yang datang menghampirinya dan
berkata,"Anda saat ini sedang bermimpi, bangunlah", maka ia tidak
akan mempercayainya. Orang yang mengetahui tentang kenyataan tersebut akan
berpikir: "Tak seorang pun dapat menyangkal bahwa hidup di dunia pun
sementara, sebagaimana mimpi belaka. Sebagaimana ketika terjaga dari sebuah
mimpi, suatu hari saya juga akan terbangun dan terjaga dari kehidupan dunia dan
melihat gambaran yang sama sekali berbeda, misalnya gambaran tentang akhirat….
"Allah
memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum
mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan
kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan.
Setsungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berpikir." (QS. Az-Zumar, 39:42)
Setsungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berpikir." (QS. Az-Zumar, 39:42)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar